Jatuh di Laguna Seca, Stoner Tidak Kecewa
LAGUNA SECA - Casey Stoner begitu cepat di Sirkuit Laguna Seca. Dia diprediksi memenangi Grand Prix Amerika Serikat dengan jarak lebih dari 20 detik. Tapi, bintang Ducati Marlboro itu justru merasakan kekalahan menyakitkan di tangan Valentino Rossi.
Dini hari kemarin WIB, andalan Fiat Yamaha itu tampil over the limit. Dalam hal membalap, Rossi mengerahkan segala kesaktian, mampu mengimbangi Stoner, dan salip-menyalip bersama pembalap Australia tersebut.
Kesaktian Rossi itu memaksa Stoner ikut tampil agresif. Dengan hanya delapan lap tersisa (dari total 32 lap), Stoner pun membuat kesalahan, keluar lintasan. Beruntung, Chris Vermeulen (Rizla Suzuki) yang berada di urutan ketiga tertinggal begitu jauh di belakang (lebih dari 20 detik). Dengan demikian, Stoner tetap mampu finis di urutan kedua, sekitar 13 detik di belakang Rossi.
Di satu sisi, kesaktian Rossi itu meraih pujian. Dia menunjukkan kekuatan mental dan konsentrasi untuk merengkuh hasil yang mungkin impossible diraih pembalap lain.
Namun, dalam menyalip dan mengeblok Stoner, Rossi juga dianggap over the limit. Khususnya oleh bos Ducati Livio Suppo. "Pertarungan (Rossi versus Stoner) itu dahsyat sekali. Sayang bagi kami, karena Casey punya kecepatan yang luar biasa sepanjang akhir pekan. Andai lepas di depan, saya yakin Casey bisa melarikan diri. Tapi, inilah balapan. Mungkin Valentino kadang agak over the limit. Tapi, hal-hal seperti itu memang bisa terjadi," paparnya.
Stoner sendiri cukup legawa menerima kekecewaan tersebut. Begitu lomba berakhir, sebelum naik podium, dia memang sempat emosi. Bahkan, dia sempat beradu argumen dengan Rossi. Dia bilang, "Anda tak bisa balapan seperti ini."
Tapi, "panas" itu tidak lama. Begitu suasana hati mereda, Stoner kembali seperti dulu. Tenang. Komentar-komentar resminya terkesan sangat "berkelas."
"Ketika saya membuat kesalahan itu, Rossi sepertinya mengerem lebih dini dari biasanya. Karena itu, saya harus melebar untuk menghindarinya. Saya lantas keluar lintasan, dan itu salah saya sendiri," tutur sang juara bertahan.
Mengenai taktik bloking Rossi yang agresif, Stoner tetap tenang. "Saya sudah lama balapan. Saya sudah banyak melihat overtaking ketat. Saya pernah disalip, saya pernah menyalip. Ada gerakan ketat, ada gerakan agresif, dan ada juga yang sedikit melewati batas," ucapnya. "Tapi, kami tetap happy. Kami finis kedua, kami masih bisa mengejar gelar juara dunia, dan kami telah meraih banyak podium berturut-turut," tambah Stoner.
Rossi sendiri sama sekali tidak merasa bersalah. "Kekuatan saya ada pada mengerem. Jadi, saya mencoba menyerang saat mengerem. Maaf kalau Casey merasa beberapa gerakan itu melewati batas. Tapi, saya tidak sepakat dengan anggapannya," ujar The Doctor. "Saya hanya menyalip saat mengerem. Saya selalu mengerem di tempat yang sama, dan kita tak pernah bersentuhan. Ini memang balapan agresif, tapi masih fair," tandasnya.
Jerry Burgess, kepala mekanik Rossi, menambahkan, battle kemarin mengingatkannya pada zaman keemasan grand prix motor dulu, saat Kevin Schwantz, Wayne Rainey, dan Mick Doohan bersaing berebut kemenangan.
"Kalau Casey balapan di era 1980-an dan 1990-an bersama Schwantz, Rainey, dan Doohan, dia mungkin akan menghadapi situasi seperti ini setiap pekan," katanya.
Dengan kemenangan itu, Rossi pun kembali membangun jarak di puncak klasemen. Bila sebelumnya unggul 20 poin, sekarang dia unggul 25 poin di atas Stoner (212-187).
Tabungan poin itu memang belum mengamankan peluang jadi juara dunia, karena masih ada tujuh seri dan menyisakan maksimal 175 poin.
Tapi, setelah ini MotoGP memasuki masa libur musim panas hampir sebulan. Lomba berikutnya baru berlangsung 17 Agustus di Republik Ceko. Dengan masa libur ini, Yamaha punya kesempatan mengembangkan motor YZR-M1.
Dengan begitu, mereka punya peluang mengejar ketinggalan, mengimbangi dan mengalahkan kecepatan Ducati Desmosedici GP8 yang begitu dahsyat dalam beberapa lomba terakhir.
Kalau peta kekuatan tidak berubah, Rossi akan dipaksa terus bekerja keras dan mengeluarkan kesaktian dalam setiap lomba. Dan, itu belum tentu cara terbaik menjadi juara dunia. (aza)
Hasil Grand Prix Amerika Serikat
(15 Besar, 32 Lap)
1. Valentino Rossi, Fiat YamahaB
2. Casey Stoner, Ducati MarlboroB
3. Chris Vermeulen, Rizla SuzukiB
4. Andrea Dovizioso, JiR Team Scot HondaM
5. Nicky Hayden, Repsol HondaM
6. Randy de Puniet, Honda LCRM
7. Toni Elias, Team Alice DucatiB
8. Ben Spies, Rizla SuzukiB
9. James Toseland, Tech 3 YamahaM
10. Shinya Nakano, Honda GresiniB
11. Jamie Hacking, KawasakiB
12. Sylvain Guintoli, Team Alice DucatiB
13. Alex de Angelis, Honda GresiniB
14. Colin Edwards, Tech 3 YamahaM
15. Loris Capirossi, Rizla SuzukiB
Klasemen Pembalap
(Setelah 11 dari 18 Seri)
1. Valentino Rossi212 poin
2. Casey Stoner187
3. Daniel Pedrosa171
4. Jorge Lorenzo114
5. Andrea Dovizioso103
6. Colin Edwards100
7. Chris Vermeulen89
8. Nicky Hayden84
9. James Toseland72
10. Shinya Nakano70
LAGUNA SECA - Casey Stoner begitu cepat di Sirkuit Laguna Seca. Dia diprediksi memenangi Grand Prix Amerika Serikat dengan jarak lebih dari 20 detik. Tapi, bintang Ducati Marlboro itu justru merasakan kekalahan menyakitkan di tangan Valentino Rossi.
Dini hari kemarin WIB, andalan Fiat Yamaha itu tampil over the limit. Dalam hal membalap, Rossi mengerahkan segala kesaktian, mampu mengimbangi Stoner, dan salip-menyalip bersama pembalap Australia tersebut.
Kesaktian Rossi itu memaksa Stoner ikut tampil agresif. Dengan hanya delapan lap tersisa (dari total 32 lap), Stoner pun membuat kesalahan, keluar lintasan. Beruntung, Chris Vermeulen (Rizla Suzuki) yang berada di urutan ketiga tertinggal begitu jauh di belakang (lebih dari 20 detik). Dengan demikian, Stoner tetap mampu finis di urutan kedua, sekitar 13 detik di belakang Rossi.
Di satu sisi, kesaktian Rossi itu meraih pujian. Dia menunjukkan kekuatan mental dan konsentrasi untuk merengkuh hasil yang mungkin impossible diraih pembalap lain.
Namun, dalam menyalip dan mengeblok Stoner, Rossi juga dianggap over the limit. Khususnya oleh bos Ducati Livio Suppo. "Pertarungan (Rossi versus Stoner) itu dahsyat sekali. Sayang bagi kami, karena Casey punya kecepatan yang luar biasa sepanjang akhir pekan. Andai lepas di depan, saya yakin Casey bisa melarikan diri. Tapi, inilah balapan. Mungkin Valentino kadang agak over the limit. Tapi, hal-hal seperti itu memang bisa terjadi," paparnya.
Stoner sendiri cukup legawa menerima kekecewaan tersebut. Begitu lomba berakhir, sebelum naik podium, dia memang sempat emosi. Bahkan, dia sempat beradu argumen dengan Rossi. Dia bilang, "Anda tak bisa balapan seperti ini."
Tapi, "panas" itu tidak lama. Begitu suasana hati mereda, Stoner kembali seperti dulu. Tenang. Komentar-komentar resminya terkesan sangat "berkelas."
"Ketika saya membuat kesalahan itu, Rossi sepertinya mengerem lebih dini dari biasanya. Karena itu, saya harus melebar untuk menghindarinya. Saya lantas keluar lintasan, dan itu salah saya sendiri," tutur sang juara bertahan.
Mengenai taktik bloking Rossi yang agresif, Stoner tetap tenang. "Saya sudah lama balapan. Saya sudah banyak melihat overtaking ketat. Saya pernah disalip, saya pernah menyalip. Ada gerakan ketat, ada gerakan agresif, dan ada juga yang sedikit melewati batas," ucapnya. "Tapi, kami tetap happy. Kami finis kedua, kami masih bisa mengejar gelar juara dunia, dan kami telah meraih banyak podium berturut-turut," tambah Stoner.
Rossi sendiri sama sekali tidak merasa bersalah. "Kekuatan saya ada pada mengerem. Jadi, saya mencoba menyerang saat mengerem. Maaf kalau Casey merasa beberapa gerakan itu melewati batas. Tapi, saya tidak sepakat dengan anggapannya," ujar The Doctor. "Saya hanya menyalip saat mengerem. Saya selalu mengerem di tempat yang sama, dan kita tak pernah bersentuhan. Ini memang balapan agresif, tapi masih fair," tandasnya.
Jerry Burgess, kepala mekanik Rossi, menambahkan, battle kemarin mengingatkannya pada zaman keemasan grand prix motor dulu, saat Kevin Schwantz, Wayne Rainey, dan Mick Doohan bersaing berebut kemenangan.
"Kalau Casey balapan di era 1980-an dan 1990-an bersama Schwantz, Rainey, dan Doohan, dia mungkin akan menghadapi situasi seperti ini setiap pekan," katanya.
Dengan kemenangan itu, Rossi pun kembali membangun jarak di puncak klasemen. Bila sebelumnya unggul 20 poin, sekarang dia unggul 25 poin di atas Stoner (212-187).
Tabungan poin itu memang belum mengamankan peluang jadi juara dunia, karena masih ada tujuh seri dan menyisakan maksimal 175 poin.
Tapi, setelah ini MotoGP memasuki masa libur musim panas hampir sebulan. Lomba berikutnya baru berlangsung 17 Agustus di Republik Ceko. Dengan masa libur ini, Yamaha punya kesempatan mengembangkan motor YZR-M1.
Dengan begitu, mereka punya peluang mengejar ketinggalan, mengimbangi dan mengalahkan kecepatan Ducati Desmosedici GP8 yang begitu dahsyat dalam beberapa lomba terakhir.
Kalau peta kekuatan tidak berubah, Rossi akan dipaksa terus bekerja keras dan mengeluarkan kesaktian dalam setiap lomba. Dan, itu belum tentu cara terbaik menjadi juara dunia. (aza)
Hasil Grand Prix Amerika Serikat
(15 Besar, 32 Lap)
1. Valentino Rossi, Fiat YamahaB
2. Casey Stoner, Ducati MarlboroB
3. Chris Vermeulen, Rizla SuzukiB
4. Andrea Dovizioso, JiR Team Scot HondaM
5. Nicky Hayden, Repsol HondaM
6. Randy de Puniet, Honda LCRM
7. Toni Elias, Team Alice DucatiB
8. Ben Spies, Rizla SuzukiB
9. James Toseland, Tech 3 YamahaM
10. Shinya Nakano, Honda GresiniB
11. Jamie Hacking, KawasakiB
12. Sylvain Guintoli, Team Alice DucatiB
13. Alex de Angelis, Honda GresiniB
14. Colin Edwards, Tech 3 YamahaM
15. Loris Capirossi, Rizla SuzukiB
Klasemen Pembalap
(Setelah 11 dari 18 Seri)
1. Valentino Rossi212 poin
2. Casey Stoner187
3. Daniel Pedrosa171
4. Jorge Lorenzo114
5. Andrea Dovizioso103
6. Colin Edwards100
7. Chris Vermeulen89
8. Nicky Hayden84
9. James Toseland72
10. Shinya Nakano70
0 comments:
Post a Comment